Translate

Minggu, 08 Januari 2017

WISATA OTO-LOVERS DI SELATAN YOGYAKARTA YANG TIADA HABISNYA

.

  
  Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta seolah tiada habisnya diekploitasi. Ada saja spot-spot yang cantik untuk dinikmati. Bahkan saat kami mampir di desa Mangunan kecamatan Dligo, Kabupaten Bantul kabarnya baru saja ditemukan satu spot lagi yaitu Batu Goyang. Berupa batu besar yang mudah untuk digoyang pakai tangan, yang belum lama ini di temukan oleh warga setempat,
   Namun kali ini kita memang fokus untuk menikmati kabut pagi dari kebun buah Mangunan. Gambaran kenun buah pada umumnya pupus saat kami dapat melihat sungai di dasar lembah yang berjarak puluhan bahkan ratusa meter di bawah. Sungai tersebut terlihat ketika matahari kian meninggi dan kabut menghilang.


   Lahan seluas 23,4 hektar ini milik Dinas Pertanian kabupaten Bantul. Masyarakat umunya datang untuk menikmati ketinggian dari satu spot yang tersedia. Biaya masuknya cukup murah Rp 5.000 di hari biasa dan Rp 6.000 dihari libur.
    Tak jauh dari kebun buah, kami bergerak menuju ke hutan pinus, juga ada di desa Mangunan. Namun areanya Pinus Sari dan lahannya milik Dinas Kehutanan dan perkebunan Propinsi DIY . Masuk parkir di area ini dikenakan retribusi Rp 10.000 per mobil tarif lainya Rp 20.000 untuk Bus untuk photo pre weding dikenakan retribusi Rp50.000 dan photo session juga sama Rp 50.000 dan untuk om Darwis dan teman-teman photografer profesionl ada tarip nya tersendiri.
    Area ini bukan camping zone sehingga tidak diperkenankan untuk membuat tenda dan bobok disitu. Namun bukannya berarti tidak dapat, pengunjung dapat mendirikan tenda dan bermain asal tidak menginap sampai pagi tarip retribusinya Rp 15.000 per orang.

KONDISI MASIH ASLI
   Keesokan harinya kami mengarahkan Suzuki Ertiga kami, yang menemani perjalanan kami menujupantai Kesirat di kelurahan Girikarto, kecamatan Panggang, kabupaten Gunung Kidul. Jaraknya tidak jauh hanya 39 kilometer dari hotel tempat kamimenginap di Ring-road Selatan kota Yogyakarta.


  Jalan ke lokasi ini diwarnai dengan jalanan yang menanjak, menurun dan penuh tikungan tajam ini diselingi dengan pemandanga berupa sawah, ladang dan hutan jati dan pemukiman penduduk. Masuk ke desa Girikarto ada portal dan kendaraan  yang masuk dikenai retribusi Rp 5.000.
    Jalan menuju bibir pantai dari portal sekyat 5 kilometer. Menariknya jalan hanya muat untuk satu mobil saja. Bagusnya Handling Syzuki Ertiga ini tergolong mantap dalincah. Tidak sulit menukuk bodi MPV ini. Mendekati tujuan, pemandangan laut lepas pun menyambut kami melintas di atas perbukitan. Yang mengejutkan tiba-tiba jalan aspal berakhir dan tibalah di pantai Kesirat.


    Tidak ada suasana fasilitas memadai seperti lokasi wisata pada umumnya. Ujung jalan terbuat dari bebatuan karang yang menisakan sedikit ruang untuk memutar balik. Kondisinya masih asli dan pantai ini bukan pantai berpasir landai melainkan tebing curam yang tinggi. 

    Dua warga yang menjaga tempat ini, Pak Yatmo dan Kismo Sukarto pun menyambut ramah dan kami pun menyambut ramah dan kami pun berbincang –bincang sambil minum kopi dan menikmati pemandangan pantai yang asri ini.



GALERIA











THANKS FOR WATCHING


Tidak ada komentar:

Posting Komentar