.
Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta seolah tiada habisnya diekploitasi. Ada saja spot-spot yang
cantik untuk dinikmati. Bahkan saat kami mampir di desa Mangunan kecamatan
Dligo, Kabupaten Bantul kabarnya baru saja ditemukan satu spot lagi yaitu Batu
Goyang. Berupa batu besar yang mudah untuk digoyang pakai tangan, yang belum
lama ini di temukan oleh warga setempat,
Namun kali ini kita
memang fokus untuk menikmati kabut pagi dari kebun buah Mangunan. Gambaran
kenun buah pada umumnya pupus saat kami dapat melihat sungai di dasar lembah
yang berjarak puluhan bahkan ratusa meter di bawah. Sungai tersebut terlihat
ketika matahari kian meninggi dan kabut menghilang.
Lahan seluas 23,4
hektar ini milik Dinas Pertanian kabupaten Bantul. Masyarakat umunya datang
untuk menikmati ketinggian dari satu spot yang tersedia. Biaya masuknya cukup
murah Rp 5.000 di hari biasa dan Rp 6.000 dihari libur.
Tak jauh dari kebun
buah, kami bergerak menuju ke hutan pinus, juga ada di desa Mangunan. Namun areanya
Pinus Sari dan lahannya milik Dinas Kehutanan dan perkebunan Propinsi DIY .
Masuk parkir di area ini dikenakan retribusi Rp 10.000 per mobil tarif lainya
Rp 20.000 untuk Bus untuk photo pre weding dikenakan retribusi Rp50.000 dan
photo session juga sama Rp 50.000 dan untuk om Darwis dan teman-teman
photografer profesionl ada tarip nya tersendiri.
Area ini bukan
camping zone sehingga tidak diperkenankan untuk membuat tenda dan bobok disitu.
Namun bukannya berarti tidak dapat, pengunjung dapat mendirikan tenda dan
bermain asal tidak menginap sampai pagi tarip retribusinya Rp 15.000 per orang.
KONDISI MASIH ASLI
Keesokan harinya
kami mengarahkan Suzuki Ertiga kami, yang menemani perjalanan kami menujupantai
Kesirat di kelurahan Girikarto, kecamatan Panggang, kabupaten Gunung Kidul.
Jaraknya tidak jauh hanya 39 kilometer dari hotel tempat kamimenginap di
Ring-road Selatan kota Yogyakarta.
Jalan ke lokasi ini
diwarnai dengan jalanan yang menanjak, menurun dan penuh tikungan tajam ini
diselingi dengan pemandanga berupa sawah, ladang dan hutan jati dan pemukiman
penduduk. Masuk ke desa Girikarto ada portal dan kendaraan yang masuk dikenai retribusi Rp 5.000.
Jalan menuju bibir
pantai dari portal sekyat 5 kilometer. Menariknya jalan hanya muat untuk satu
mobil saja. Bagusnya Handling Syzuki Ertiga ini tergolong mantap dalincah.
Tidak sulit menukuk bodi MPV ini. Mendekati tujuan, pemandangan laut lepas pun
menyambut kami melintas di atas perbukitan. Yang mengejutkan tiba-tiba jalan
aspal berakhir dan tibalah di pantai Kesirat.
Tidak ada suasana
fasilitas memadai seperti lokasi wisata pada umumnya. Ujung jalan terbuat dari
bebatuan karang yang menisakan sedikit ruang untuk memutar balik. Kondisinya
masih asli dan pantai ini bukan pantai berpasir landai melainkan tebing curam
yang tinggi.
Dua warga yang
menjaga tempat ini, Pak Yatmo dan Kismo Sukarto pun menyambut ramah dan kami
pun menyambut ramah dan kami pun berbincang –bincang sambil minum kopi dan
menikmati pemandangan pantai yang asri ini.
GALERIA
THANKS FOR WATCHING
Tidak ada komentar:
Posting Komentar