Keindahan tanah Pasundan
dengan pertanian dan perkebunan yang membentang bukit serta lembah yang subur, sambung
menyambung menjadi suatu keragaman yang jelita dan menarik hati. Itu semua
membentuk pemandangan yang sangat memuaskan. Penduduknya berkulit lebih cerah
dan lembut daripada bagian pulau Jawa yang lainnya. Wanitanya pun bersosok
menarik dan beberapa diantaranya sangat cantik, begitulah paparan Mayor Willian
Thorn komandan batalyon tentara British yang pertama kali menginjakkan kaki di
Sumedang pada tahun 1815.
Sampai kini
keindahan yang digambarkan sang Mayor tak berubah sedikit pun. Sumedang adalah
tanah yang cantik dan kaya akan keragaman budaya. Untuk teman yang suka touring
jalan raya Cadas Pangeran pastinya menyajikan rasa petualang tersendiri dengan
jalan kelokan, tanjakan dan turunannya sungguh menantang.
Tahukah teman, di
kabupaten Sumedang ini telah dimakamkan pahlawan yang pemberani di Nusantara.
Pertama adalah Putri dari tanah Rencong Aceh yaitu Cut Nyak Dien dan kedua
adalah Adipati Sumedang , Pangeran Kornel (kolonel) Wirakusumah yang terkenal
dalam menentang Gubernur Jenderal Nederland indies yang paling kejam Dandels.
Marilah teman-teman kita mulai perjalanannya.
DOG FIGHT ADALAH KESAN
PERTAMA
Dahsyat memang
mainan favorit anak Sumedang dan daerah sekitar. Mereka mendatangkan anjing-anjing
petarung terbaik untuk ditarungkan dengan babi hutan besar yang ganas.
Suasana pertarungan
Babi dan anjing benar-benar brutal.
Paddock nya berisik karena gonggongan anjing yang rata-rata berjenis Pitt Bull
Terier dari Amerika . Air liur dan gigi tajam dari anjing haus darah membuat suasana tegang
dan mencekam. Sewaktu anjing dilepaskan dan masuk ke arena, anjing langsung
menyerang babi hutan di kubangan. Sebenarnya anjing yang baik tidak langsung
menyerang dan menggigit, melainkan mengatur strategi lebih dahulu menunggu saat yang tepat untuk menyerang.
Ngeri dan sadis, sayang di Indonesia belum membuat hukum perlindungan hewan padahal sabung ayam sudah dilarang
PANGERAN KORNEL
WIRAKUSUMAH
Beliau adalah
Adipati waktu itu ketika Gubernur Jenderal Dandeles dengan ambisinya ingin
membuat jalan darat tembus dari Anyer Banten hingga Panarukan JawaTimur.
Dandeles beranggapan dengan dibukanya jalan darat akan mempermudah logistik
pengiriman senjata dan bahan makanan ke Benteng pertahanan Belanda di seluruh Pulau
Jawa.
Dengan sebagian
besar mengerahkan tenaga kerja lokal Dandeles ingin mewujudkan ambisinya tersebut.
Ketika pembangunan jalan melewati daerah Sumedang dengan cadas gunung batunya
terjadi banyak korban di kalangan
masyarakat Sumedang yang dipaksa bekerja dengan peralatan sederhana cangkul
dan linggis saja untuk menggempur batu. Mendengar hal tersebut Pangeran Adipati
Wirakusumah marah besar karena rakyatnya banyak yang menjadi korban, karena
pihak Belanda tidak mau menggunakan dinamit untuk menghancurkan gunung batu
tersebur, dengan alasan penghematan biaya.
Kebetulan Gubernur
Jenderal Dandeles akan berkunjung ke Sumedang, mendengar hal tersebut Adipati
mengatur siasat untuk menemuinya. Singkat cerita ketika Adipati diundang
Dandels untuk menemuinya segera beliau beranjak ingin menemuinya. Ketika terjadi
pertemuan, Dandeles menjulurkan tangan kanan untuk bersalaman dan tersenyum , segera
Adipati menyambutnya dengan tangan kiri dan tangan kanan menghunus keris dan
siap di hujamkan ke perut Dandeles, tentu saja Dandeles dan pasukan Belanda
menjadi kaget, tetapi Dandeles adalah seorang panglima yang berpengalaman
perang di Eropa dengan tenang nya beliau bertanya kepada Adipati dan berhasil
menenangkan Adipati untuk tidak bertindak lebih lanjut.
Singkat cerita
Dandels menerima usulan Adipati untuk menggunakan dinamit dan menambah pekerja
dari serdadu Belanda untuk membantu rakyat Sumedang dan Adipati tetap bersedia
membantu untuk menyelesaikan pembuatan jalan asal rakyatnya tidak menderita karena
Adipati juga berkeyakinan jalan ini akan bermanfaat bagi masyarakat Sumedang
waktu itu dan untuk yang akan datang. Karena keberaniannya itu Dandels kagum
dan malahan memberikan pangkat yang tinggi untuk Adiapati Wirakusumah sebagai Kolonel.
Sejak saat itu Gunung Cadas berganti nama dengan Cadas Pangeran untuk
menghormati Adipati Pangeran Kornel Wirakusumah yang dengan gagah berani
menentang Gubernur Jenderal Dandels untuk membela rakyat Sumedang. Kornel sama dengan
Kolonel karena lafal masyarakat waktu itu tidak dapat menyebut Kolonel.
Ilustrasi keberanian Adipati Wirakusumah
Sekarang dibuatkan patung untuk mengenang keberanian Pangeran Kornel
Makam Adipati Pangeran Kornel
Jalan ambisi Gubernur Jendral Dandls
SANG PEMBERANI DARI
TANAH RENCONG
Sudah tidak
diragukan lagi teman-teman tahu semua sejarah dari Beliau. Sudah pernah di film
kan dan mendapatkan piala Citra dengan pemeran Christin Hakim. Cut Nyak Dien
diasingkan oleh Gubernur Jenderal J.B.Z Heutz setelah kekalahan nya pada perang
Aceh.
Saat diasingkan ke
Sumedang beliau ditemani panglima perangnya yang berusia 50 tahun dan seorang
anak laki-laki 15 tahun bernama Tengku Nana. Tiba disini Cut nyak Dien sudah
dalam keadaan lemah dan buta dan diterima oleh Bupati Sumedang Pangeran Aria
Suria Atmaja untuk dititipkan kepada ulama besar K.H Sanusi, anaknya H Husna
dan cucunya Siti Khdijah. Mereka orang orang yang sangat sayang dan telaten
merawat Cut Nyak Dien.
Putri Aceh ini hanya
bertahan 2 tahun di Sumedang sampai akhir hayatnya. Di waktu yang singkat ini
ia sempat mengajar mengaji pada kaum wanita
di Sumedang hingga diberi gelar ibu Perdu yang berarti ibu Ratu, jadi
sangat berbeda dengan di film nya yang seolah olah Cut Nyak Dien diterlantarkan
di Sumedang dan tampak sakit-sakitan jelek, tua dan buta serta tidak terurus. Beliau
diterima dengan hormat oleh masyarakat Sumedang, juga beliau mendapat julukan
dari masyarakat Sumedang sebagai ibu Geulis karena kecantikanya dan sangat
memberi kesan mendalam bagi masyarkat Sumedang.
Makam Cut Nyak Dien
Ilustrasi Cut Nyak Dien dan perjuangan rakyat Aceh
THANKS FOR WATCHING
Tidak ada komentar:
Posting Komentar