Translate

Senin, 23 Januari 2017

TES RIDE ALL NEW HONDA CBR 250 RR


    Astra Honda Motor, baru-baru ini telah merilis All New Honda CBR250RR untuk menjawab keinginan konsumen untuk memiliki Honda CBR250 dengan mesin dua silinder. Tidak hanya perubahan mesin yang  deberikan AHM tapi juga disematkan fitur-fitur canggih dan chasis baru yang dijanjikan memberikan sensasi berkendara yang lebih dari kompetitornya. Mari kita simak hasil dari tes ride ini.

TES DYNO
   Berbicara performa, ada beberapa data yang diambil. Pertama mengetahui tenaga dan torsi melalui putaran roda, tentusaja diukur menggunakan dynamometer Dynojet 250i. Pada pengetesan ini juga sekalian melihat perbedaan tiap Riding Mode, yaitu: Comfort, Sport dan Sport +.
   Berdasarkan klaim Honda terkini, tenaga maksimum CBR250RR mencapai 39,3 dk (38,7 ps) di 12.500 rpm dan torsi 23,3 Nm di 11.000 rpm. Lalu berapa jika diukur pakai alat asal USA ini? Tiap mode akan diuji sampai mendpatkan angka maksimal.
    Pertama, motor yang memakai throttle by wire ini diukur pada mode Comfort. Setelah di gas 5 kali didapat tenaga maksimal 26,98 dk di 12.800 rpm, sedang torsi 18,29 Nm di 9.500 rpm. Wah pada mode Comfort saja sudah segarang ini.
    Lanjutkan pada mode Sport, caranya tekan tombol di setang kiri sisi depan, dengan syarat posisi gas ditutup. Digas 5 kali didapat power 30,72 dk pada 12.800 rpm. Lonjakannya cukup signifikan, juga torsinya menjadi 18,87 pada 9.700 rpm.
    Terakhir lanjutkan ke mode Sport+. Setelah digas 10 kali, ternyata tenaganya kembali naik tembus pada angka 31,06 dk pada 13.300 rpm. Torsinya pun demikian menjadi 19,16 Nm pada 9.600 rpm. Ternyata fitur Riding Mode benar-benar berfungsi menyajikan beragam karakter mesin.
     Jika diamati dari dari grafiknya, perbedaan signifikan baik tenaga maupun torsi baru terjadi pada 8,700 rpm ke atas. Tetapi dengan catatan diukur dengan gas buka mentok alias WOT (wide opwn throttle), sampai limiter pada 14.100rpm. Lalu bagaimana bedanya ketika di jalan? Pakai mode Comfort ternyata paling kalem kalau enggak mau dibilang lemot. Jadi walaupun digas buka spontan, putaran mesin naik perlahan dan dorongan dari mesin loyo. Pilihan paling pas untuk pemula atau kalu jalan licin waktu hujan.
    Ganti mode Sport, pada mode ini respon mesin jadi linier dengan bukaan gas, sesuai deh antara besarnya putaran gas dan teriaknya mesin. Dapat dikatakan sejak putaran bawah terasa galak, karakternya pas untuk berkendara harian di dalam kota.
   Untuk mode Sport+ istimewa, respon dari mesin berasio kompresi 11,5:1 ini jadi galak banget sejak putaran bawah sampai atas. Setiap buka gas terasa nyendal-nyendal. Cocok untuk yang suka berkendara agresif atau sedang ngebut di sirkuit.
  Namun secara garis besar karakternya tetap khas mesin overbore atau langkah piston pendek, baru teriak kencang di putaran tengah ke atas, tepatnya mulai 7.000 rpm sampai limiter di 14.100 rpm. Ketika digas kencang mesin yang pakai throttle body down draft ini terdengar sporty dan seakan minta dilecut, karena ada suara seperti ngorok disekitar 4.000 rpm dan 7.000 rpm ke atas. Suaranya persis motor balap yang tanpa filter udara. Ngooooookkkkkxxx...

TES AKSELERASI
    Tidak hanya uji tes dengan dyno, tes pakai Racelogic tentu jadi hal wajib untuk mengetahuiseberapa cepat akselerasinya secara nyata. Karena testnya untuk mengetahui catatan tercepat, maka pakai Riding Mode Sport+ yang tenaganya terbesar.
    Hasilnya mengejutkan, kita ambil contoh untuk 0-60 km/jam, tembus 2,8 detik. Padahal kompetitornya masih main diatas 3 detik. Lalu lihat catatan untuk meraih 0-100 km/jam, hanya memerlukan waktu 6,2 detik, kompetitornya 7 detik ke atas. Apalagi kalau melihat hasil 0-201 meter, hanya perlu 9,3 detik... hebat.
     Cepatnya akselerasi tentu berkat tenaga yang besar yang dipandu dengan bobot basah hanya 168 kg (ABS), pasti membuat power to weight ratio menjadi lebih besar. Nah satu lagi yangmenunjang adalah adanya ram air duct dibalik firing. Dengan tangkapan angin secara langsung, otomatis di saat kecepatan tinggi akan mendorong udara ke ruang bakar lebih banyak dan cepat, hasilnya di kecepatan tinggi makin cepat.

TOP SPEED
   Lalu berapa Top Speednya? Dicoba pada lintasan yang panjangnya 1 km, pada posisi gigi 6 dapat meraih angka 179km/jam, pada putaran mesin 12.400 rpm. Sebenarnya masih dapat naik walaupun sedikit-sedikit, kalau treknya panjang sangat mungkin tembus 200 km/jam.
  Nah berapa sih kecepatan maksimal tiap gigi di bawahnya saat mentok kena limiter pada 14.100 rpm? Gigi satu pada 66 km/jam, gigi dua pada 101 km/jam, gigi tiga pada 123 km/jam, gigi empat 150 km/jam, gigi lima 171 km/jam. Tidak akan sampai 200 km /jam karena ada limiter dan demi keamanan di jalan raya.

RIDING POSITION DAN HANDLING
   Dengan setang jepit model underyoke yang pastinya rendah, tentu saja membuat posisi duduk jadi bergaya balap. Yang tergolong merunduk khas motor balap demi aerodinamika, sport tapi saat awal pemakaian atau perjalanan diatas 1 jam pergelangan tangan dan lengan menjadi pegal. Untungnya kopling ringan, jadi jari-jari kiri tidak ikutan pegal.
   Keistimewaan CBR250RR salah satunya dapat dirasakan saat kita duduk, yaitu dimensi jok dan tangkinya yang ramping sehingga pengendara terasa menyatu dengan motor, kaki jadi tidak mengangkang yang tentu saja jadi tidak nyaman. Hal ini karena mesin ramping sehingga rangka menjadi enak di kempit.
   Enaknya lagi suhu mesin termasuk ramah di kaki, hanya saat kipas menyala saja terasa sedikit hangat. Suhu mesin di spidometer stabil pada sekala 3 bar disaat jalanan macet sekalipun.
   Dengan posisi duduk yang nyaman, berkendara jadi lebih menyenangkan. Apalagi karakter chasisnya yang lincah disaat dipakai untuk bermanufer. Di padu dengan suspensi upsidedown dan monoshock pro-link, yang compresion dan reboundnya lambat, pas banget untuk yang senang cornering, motor jadi anteng dan mudah diarahkan. Motor ini juga mengusung semboyan “Total Control”.
  Bagaimana buat boncengan? Jok belakangnya ternyata mungil. Empuk juga, tapi sempit , pantat cewek yang lebar pasti nggak muat, posisi duduknya juga tinggi banget khas boncengan motor sport racing, jadi nggak usah bonceng lah cewek bonceing mobil aja yaaaa.

KONSUMSI BENSIN
    Di kelas motor ini yang konsumensnya kelas menengah ke atas, sebenarnya jarang yang menanyakan berapasih konsumsi bahan bakarnya? Namun harus tetap di catat untuk melihat efisiensinya. Menggunakan Riding Motor Sport, yang pas untuk harian, setelah dipakai melintas berbagai kondisi jalanan, pakai Pertamax di MID didapat angkakisaran 24 km/liter. Lumayan lah hampir sama dengan Toyota Agya yang dikisaran 23 km/liter.


Model baru yang sangat cantik

Sepido meter digital dipandu dengan stang jepit elegan

Disain tampang muka yang menawan

Shockbraker depan sudah upsidedown

Jok empuk tapi mantap dengan bisain yang menawan

Shockbraker belakang dengan prolink lebih mantap rebondnya



Kenalpot dobel silencer yang tak malu-malu sangat revolusioner

Mesin dua silinder menjawab tantangan kompetitor

Warna merah pilihan ku, kamu pilih yang mana?

THANKS FOR WATCHING










 
   
   

    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar