Astra Honda Motor,
baru-baru ini telah merilis All New Honda CBR250RR untuk menjawab keinginan
konsumen untuk memiliki Honda CBR250 dengan mesin dua silinder. Tidak hanya
perubahan mesin yang deberikan AHM tapi
juga disematkan fitur-fitur canggih dan chasis baru yang dijanjikan memberikan
sensasi berkendara yang lebih dari kompetitornya. Mari kita simak hasil dari
tes ride ini.
TES DYNO
Berbicara performa,
ada beberapa data yang diambil. Pertama mengetahui tenaga dan torsi melalui
putaran roda, tentusaja diukur menggunakan dynamometer Dynojet 250i. Pada
pengetesan ini juga sekalian melihat perbedaan tiap Riding Mode, yaitu: Comfort, Sport dan Sport +.
Berdasarkan klaim
Honda terkini, tenaga maksimum CBR250RR mencapai 39,3 dk (38,7 ps) di 12.500 rpm
dan torsi 23,3 Nm di 11.000 rpm. Lalu berapa jika diukur pakai alat asal USA
ini? Tiap mode akan diuji sampai mendpatkan angka maksimal.
Pertama, motor yang
memakai throttle by wire ini diukur pada mode Comfort. Setelah di gas 5
kali didapat tenaga maksimal 26,98 dk di 12.800 rpm, sedang torsi 18,29 Nm di
9.500 rpm. Wah pada mode Comfort saja sudah segarang ini.
Lanjutkan pada mode
Sport, caranya tekan tombol di setang kiri sisi depan, dengan syarat posisi gas
ditutup. Digas 5 kali didapat power 30,72 dk pada 12.800 rpm. Lonjakannya cukup
signifikan, juga torsinya menjadi 18,87 pada 9.700 rpm.
Terakhir lanjutkan
ke mode Sport+. Setelah digas 10 kali, ternyata tenaganya kembali naik tembus
pada angka 31,06 dk pada 13.300 rpm. Torsinya pun demikian menjadi 19,16 Nm
pada 9.600 rpm. Ternyata fitur Riding Mode benar-benar berfungsi menyajikan
beragam karakter mesin.
Jika diamati dari
dari grafiknya, perbedaan signifikan baik tenaga maupun torsi baru terjadi pada
8,700 rpm ke atas. Tetapi dengan catatan diukur dengan gas buka mentok alias
WOT (wide opwn throttle), sampai limiter pada 14.100rpm. Lalu bagaimana bedanya
ketika di jalan? Pakai mode Comfort ternyata paling kalem kalau enggak mau
dibilang lemot. Jadi walaupun digas buka spontan, putaran mesin naik perlahan
dan dorongan dari mesin loyo. Pilihan paling pas untuk pemula atau kalu jalan
licin waktu hujan.
Ganti mode Sport,
pada mode ini respon mesin jadi linier dengan bukaan gas, sesuai deh antara
besarnya putaran gas dan teriaknya mesin. Dapat dikatakan sejak putaran bawah
terasa galak, karakternya pas untuk berkendara harian di dalam kota.
Untuk mode Sport+
istimewa, respon dari mesin berasio kompresi 11,5:1 ini jadi galak banget sejak
putaran bawah sampai atas. Setiap buka gas terasa nyendal-nyendal. Cocok untuk
yang suka berkendara agresif atau sedang ngebut di sirkuit.
Namun secara garis
besar karakternya tetap khas mesin overbore atau langkah piston pendek, baru
teriak kencang di putaran tengah ke atas, tepatnya mulai 7.000 rpm sampai
limiter di 14.100 rpm. Ketika digas kencang mesin yang pakai throttle body down
draft ini terdengar sporty dan seakan minta dilecut, karena ada suara seperti
ngorok disekitar 4.000 rpm dan 7.000 rpm ke atas. Suaranya persis motor balap
yang tanpa filter udara. Ngooooookkkkkxxx...
TES AKSELERASI
Tidak hanya uji tes
dengan dyno, tes pakai Racelogic tentu jadi hal wajib untuk mengetahuiseberapa
cepat akselerasinya secara nyata. Karena testnya untuk mengetahui catatan
tercepat, maka pakai Riding Mode Sport+ yang tenaganya terbesar.
Hasilnya
mengejutkan, kita ambil contoh untuk 0-60 km/jam, tembus 2,8 detik. Padahal
kompetitornya masih main diatas 3 detik. Lalu lihat catatan untuk meraih 0-100
km/jam, hanya memerlukan waktu 6,2 detik, kompetitornya 7 detik ke atas.
Apalagi kalau melihat hasil 0-201 meter, hanya perlu 9,3 detik... hebat.
Cepatnya
akselerasi tentu berkat tenaga yang besar yang dipandu dengan bobot basah hanya
168 kg (ABS), pasti membuat power to weight ratio menjadi lebih besar. Nah satu
lagi yangmenunjang adalah adanya ram air duct dibalik firing. Dengan tangkapan
angin secara langsung, otomatis di saat kecepatan tinggi akan mendorong udara
ke ruang bakar lebih banyak dan cepat, hasilnya di kecepatan tinggi makin
cepat.
TOP SPEED
Lalu berapa Top
Speednya? Dicoba pada lintasan yang panjangnya 1 km, pada posisi gigi 6 dapat
meraih angka 179km/jam, pada putaran mesin 12.400 rpm. Sebenarnya masih dapat
naik walaupun sedikit-sedikit, kalau treknya panjang sangat mungkin tembus 200
km/jam.
Nah berapa sih
kecepatan maksimal tiap gigi di bawahnya saat mentok kena limiter pada 14.100
rpm? Gigi satu pada 66 km/jam, gigi dua pada 101 km/jam, gigi tiga pada 123
km/jam, gigi empat 150 km/jam, gigi lima 171 km/jam. Tidak akan sampai 200 km
/jam karena ada limiter dan demi keamanan di jalan raya.
RIDING POSITION DAN
HANDLING
Dengan setang jepit
model underyoke yang pastinya rendah, tentu saja membuat posisi duduk
jadi bergaya balap. Yang tergolong merunduk khas motor balap demi aerodinamika,
sport tapi saat awal pemakaian atau perjalanan diatas 1 jam pergelangan tangan
dan lengan menjadi pegal. Untungnya kopling ringan, jadi jari-jari kiri tidak
ikutan pegal.
Keistimewaan
CBR250RR salah satunya dapat dirasakan saat kita duduk, yaitu dimensi jok dan
tangkinya yang ramping sehingga pengendara terasa menyatu dengan motor, kaki
jadi tidak mengangkang yang tentu saja jadi tidak nyaman. Hal ini karena mesin
ramping sehingga rangka menjadi enak di kempit.
Enaknya lagi suhu
mesin termasuk ramah di kaki, hanya saat kipas menyala saja terasa sedikit
hangat. Suhu mesin di spidometer stabil pada sekala 3 bar disaat jalanan macet
sekalipun.
Dengan posisi duduk
yang nyaman, berkendara jadi lebih menyenangkan. Apalagi karakter chasisnya
yang lincah disaat dipakai untuk bermanufer. Di padu dengan suspensi upsidedown
dan monoshock
pro-link, yang compresion dan reboundnya lambat, pas banget untuk yang
senang cornering, motor jadi anteng dan mudah diarahkan. Motor ini juga
mengusung semboyan “Total Control”.
Bagaimana buat
boncengan? Jok belakangnya ternyata mungil. Empuk juga, tapi sempit , pantat
cewek yang lebar pasti nggak muat, posisi duduknya juga tinggi banget khas
boncengan motor sport racing, jadi nggak usah bonceng lah cewek bonceing mobil
aja yaaaa.
KONSUMSI BENSIN
Di kelas motor ini
yang konsumensnya kelas menengah ke atas, sebenarnya jarang yang menanyakan
berapasih konsumsi bahan bakarnya? Namun harus tetap di catat untuk melihat
efisiensinya. Menggunakan Riding Motor Sport, yang pas untuk harian, setelah
dipakai melintas berbagai kondisi jalanan, pakai Pertamax di MID didapat
angkakisaran 24 km/liter. Lumayan lah hampir sama dengan Toyota Agya yang
dikisaran 23 km/liter.
Model baru yang sangat cantik
Sepido meter digital dipandu dengan stang jepit elegan
Disain tampang muka yang menawan
Shockbraker depan sudah upsidedown
Jok empuk tapi mantap dengan bisain yang menawan
Shockbraker belakang dengan prolink lebih mantap rebondnya
Kenalpot dobel silencer yang tak malu-malu sangat revolusioner
Mesin dua silinder menjawab tantangan kompetitor
Warna merah pilihan ku, kamu pilih yang mana?
THANKS FOR WATCHING
Tidak ada komentar:
Posting Komentar