Sampai saaat ini
pasar MPV masih jadi yang paling besar di Indonesia. Baik itu untuk kelas low,mid
sampai large MPV. Membuat mobil MPV sangat laris manis di indonesia setelah
Avanza-Xenia jadi booming diiikuti dengan pabrikan lainnya ikut merilis ertiga,
mobilio, dan lainnya di segmen entery
diikuti Delica,serena NAV-1 disektor
midle dan Elgrand, Alphard –Velfire di sektor high.
Tipikal masyarakat
yang senang berpergian dengan keluarga, plus fleksibilitas kabin saat harus
membawa barang banyak, jadi alasan paling sering didengar. Enaknya MPV selain kabin lebih lega , rata-rata
didesain dengan graund clearance tinggi. Alhasil, cocok dipakai untuk beragm
rute dan kondisi jalan di Indonesia.
Namun mesti diawasi
juga dengan kondisi yang beragam itu. Perangkat kaki-kaki seperti shockbraker
dan per berperan dominan membuat perjalanan semakin menyenangkan. Makanya
artikel dibawah ini banyak memut apa saja keluhan yang sering terdengar berikut
solusinya. Sekaligus memberikan pilihan bagi yang ingin ganti atau upgrade.
Soalnya enggak hanya barang bermerek, ada juga alternatif menarik lainnya.
Soal fungsi
shockbraker yang meredam gejolak per selama perjalanan. Mau tak mau mesti
diperhatikan, baik soal perawatannya. Termasuk per yang jarang ditengok padahal
fungsinya penting untuk menahan beban mobil selama perjalanan.
Mari kta simak hal berikut
MACAMNYA
MPV juga bisa
dibikin canteek namun tetap nyaman, salah satunya dengan mengaplikasikan
shockbraker dan per aftermarket. Keuntungan paling utama yakni harga yang lebih
bersahabat.
Selain lebih
terjangkau dari segi harga ketimbang Original, pilihannya pun beragam.
Contohnya saja seperti merek Showa
atau Takico dengan kisaran harga Rp 2
juta untuk sepasang depan dan belakang yang sering menjadi pilihan oleh
pengguna kijang innova. Tidak hanya shockbraker bermerek ada juga yang versi
custom , nama shockbrakernya “double rebound”. Enaknya kalau ketemu jalanan
bumpy atau polisi tidur, bagian atas as shockbraker enggak mentok karena sudah
ada per didalamnya.
Harga shockbraker
kustom rentang harga Rp 1,5 juta sampai Rp 3,5 juta, tergantung tipe dan bobot
kendaraan. Enaknya lagi walau dibilang shockbraker custom, tetap saja dapat
garansi 6 bulan.
Sedangkan untuk
per, adalah komponen yang lebih berperan dalam menentukan tinggi atau rendahnya
kendaraan. Jadi misalkan memakai per yang lebih tebal, biasanya bodi akan
terlihat lebih tinggi. Nanti tinggal sesuaikan selera apa yang ingin dimaui.
Mau tampil tinggi ala off-road atau lebih rendah tapi justru lebih stabil, per
ini lah yang menentukan.
Biasanya yang
ingin tampil ceper, akrab dengan 3 cara ini yaitu potong per custom, atau pakai
per mobil lain dan mengaplikasi lowering kit. Tapi yang lebih baik cara ke dua
dan ke tiga,
Pilihan per lokal
berkualitas yang dimaksudkan adalah merek APM,SHRC
serta SBM yang memiliki harga di
kisaran 1,5 juta hingga 1,7 juta untuk MPV seperti Kijang Innova. Nah kalau
masih ragu dengan merek lokal ada merek impor seperti Eibach, Tanabe , H&R atau Tein.
Merek impor tersebut mempunyai harga 2 kali lipat dari pada produk lokal
sekitar Rp 3,1 juta untuk Kijang Innova.
MERAWAT
Jika sudah rusak,
mau tidak mau suspensi harus diganti karena hampir tidak mungkin untuk
mengakali parts yang satu ini. Walau ada juga opsi shockbraker yang disuntik
atau direparasi.
Durabilitas
shockbraker “suntikan” tergantung kualitas pengerjaannya. Ongkosnya sekitar Rp
200-300 ribu dengan garansi 12 bulan. Tapi kalau sudah rusak pada bagian as,
seal as dan seal proyektil dalam lebih baik ganti yang baru daripada harus
reparasi dengan biaya yang hampir sama dengan membeli baru.
Selain itu cara
mengemudi adalah faktor utama bagaimana sektor suspensi mudah mengalami
kerusakan lebih cepat dari prediksi masa pakainya sendiri, contohnya ketika pengemudi sengaja dengan kecepatan
tinggi melewati jalan yang rusak. Jika prilaku tersebut dilakukan terus menerus
maka shockbraker bukannya ngempos tapi mlah bengkok.
Posisi
memarkir mobil pun menjadi salah satu
faktornya, seperti membiarkan mobil pada bidang miring atau tudahk rata dalam
jangka waktu lama. Kalau memang harus ganti shockbraker pun harus sepasang
tidak boleh hanya satu buah saja. Misal bagian kiri depan yang rusak maka
bagian kanan pun harus diganti juga, biar suspensi bisa bekerja dengan baik dan
tidak pincang sebelah.
KENALI KERUSAKAN
Kondisi suspensi
harus diperiksa setiap 80.000 km atau 4 tahun usia kendaraan. Paling gampang
tes dengan kecepatan tinggi, jika suspensi terasa limbung atau terdengar bunyi
aneh seperti decitan pada suspensi , dapat dipastikan komponen tersebut tidak
bekerja secara optimal.
Selain itu ciri
lain adalah tapak ban yang termakan secara tidak rata meski sudah dilakukan
wheel aligment 7 balancing. Adapun ciri kerusakan lainnya seperti oli yang
membasahi batang as shockbraker yang
dapat direprasi dengan mengganti karet boot seharga Rp 50-150 ribu di
luar jasa.
KELUHAN
Banyak pemilik
kendaraan MPV mengeluhkan kendaraannya limbung, nah limbung ini ada banyak
faktor penyebabnya, misalnya Graund clearanceyang sangat menentukan. MPV
biasanya memiliki Graund clearance tinggi supaya dapat mengakomodir beban berat
dan cocok menghadapi mean jalan yang kurang baik
Nah semakin tinggi
graund clearance, tentu ketika dikemudikan dengan kecepatan tinggi di jalan
bebas hambatan akan terasa limbung. Coefficent
drag dan underbody aerodynamic tentiu tidak sebagus sedan yang lebih rendah.
Masalah berikutnya
tidak stabil, nah ini dapat dilihat dari lebar pelek dan tapak ban yang di
gunakan. Kebanyakan low MPV menggunakan ban dengan lebar 175 atau 185. Mid MPV
pasti gejala tidak setabil berkurang jika dibanding low MPV, karena penggunaan
ban dan pelek sudah lebih lebar. Biasanya berkisar antara 195 hingga 215.
Disain tapak ban punya pengaruh dalam tingkat kestabilan.
Suspensi keras?
Soal ini tentu pabrikan ada alasan
tersendiri mendisain suspensi model apa yang cocok digunakan pada kendaraan
yang dibuatnya. Ada pabrikan yang mengandalkan leaf spring (pir daun) seperti
pada Nissan evalia atau Toyota kijang kapsul. Ada juga model coil spring seperti Toyota kijang innova, Daihatsu
Xenia, Nisan Serena mulai generasi C24, Honda Odyssey dan masih banyak lagi.
Ada plus dan
minusnya perbandingan antara leaf spring dan coil spring , untuk membawa beban
yang berat menggunakan leaft spring lebih handal. Karena memang didisain
sebagai kendaraan pengangkut dibanding untuk kenyamanan penumpang.
Sedikit berbeda
untuk Nisan Evalia walau menggunakan leaf spring, tapi per yang digunakan hanya
selembar. Jadi karakternya lebih stabil karena titik pengunciannya lebih
banyak, namun ayunannya tetap empuk karena jumlah per yang digunakan hanya satu
lembar.
Coil spring jika
dikasih beban berat tentunya akan ambles setidaknya tampak lebih ceper,
sebaliknya pada tingkat kenyamanan leaf spring sulit untuk menyamai.
SOLUSI
Sebaiknya pilih
kendaraan lihat pada data spesifikasinya terlebih dahulu. Sesuaikan dengan
keperluan dan budget. Tentu cara dimana tingkat kestabilan dan kenyamanan
ini dapat dimaksimalkan tetapi perlu
biaya ekstra.
Misalnya pemilik
Toyota kijang Innova mau lebih empuk lagi bantingannya bisa pakai per copotan
Marcedes-benz Boxer W 124. Jika ingin menurunkan tinggi ground clearance bisa
pakai aftermarket juga. Atau pemilik Kijang Innova diesel bisa mencomot punya
saudaranya sendiri Kijang innova bensin.
Untuk Daihatsu
Xenia jika ingin lebih stabil bisa pakai stabiliser belakang aftermarket sangat
membantu ketika melewati tikungan.
Bisa juga up grade pelek dan ban. Diameter
15 inci tidak masalah asal lebar diatas 5,5 inci tapi jangan terlalu lebar akan
repot nanti tidak plug and play. Misalnya pakai lebar 6 inci atau 6,5 inci. Ban
bisa pakai 195 atau 205 pilih treadwear rendah semisal 200 agar grip lebih
baik.
Bagi pemilik
kendaraan Toyota Kijang Kapsul bisa ganti antingnya saja di setiap ujung per
daun dengan per ulir. Tidak ada perubahan konstuksi dasar jadi tidak berbahaya
dikendarai.
THANKS FOR WATCHING
Gan, kalau buat per triton gimana biar lembut?
BalasHapus